BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kehamilan
merupakan periode dramatis terhdapa kondisi biologis wanita disertai dengan
perubahan – perubahan psikologis dan terjadinya poroses adaptasi terhadap pola
hidup dan proses kehimalan itu sendiri. Informasi yang sama, tampak juga dalam
buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002) yang
menyebutkan bahwa kehamilan merupakan perubahan fisik maupun emosional seorang
wanita serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada saat seorang wnait
amnegalami hamil maka akan terjadi perubahan – perubahan yang bersifat fisik
maupun emosional.
Pada
umumnya , dalam periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi fisik dan
tanda – tanda fisiologis mulai dari mual dan muntah – mutnah , kepala pusing
sampai timbulnya keluhan secara umum sperti rasa panas dalam perut khsusunya
pada lambung (heartburn).
Lamdhah
(2011) mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan timbulnya rasa panas dlam
perut tergolong sederhana namun dapat menimbulkan kegelisahan dan kelelahan
pada ibu hamil. Seiring dengan perubahan – perubahan tersebut terjadi pula
perubahan emosional yang kompleks, sehingga memerlkan adpatasi terhadap
penyesuian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan ?
1.2.2. Apa
saja tanda – tanda kehamilan pada wanita?
1.2.3. Bagaimana
perubahan – perubahan yang terjadi pada wanita hamil baik fisik maupun
psikologi seiring dengan berkembangnya uterus?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui definisi kehamilan.
1.3.2. Untuk
mengetahui tanda – tanda kehamilan pada wanita.
1.3.3. Untuk
mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi pada wnaita hamil baik fisik
maupun psikologi seiring dengan berkembangnya uterus.
1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui
tanda – tanda wanita hamil dan perubahan – perubahannya baik dari segi fisik
maupun psikologi seiring dengan berkembang uterus.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Anatomi
dan Fisiologi
Organ
reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu alata kelamin luar (genitalia
luar) dan alat kelamin dalam (genetalia dalam).
2.1.1. ALAT
KELAMIN LUAR
1) Vulva
Adalah
alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya system urogenital, dilingakri oleh
labia mayora ke belakang menjadi satu dengan kommisura posterior dan perineum,
di bawah kulit vulva terdapat jaringan lemak (mons veneris). Bagian media dari
labia mayora ditemukan bibir kecil (labia minora) ke arah perineum yang menjadi
satu dan membentuk frenolum labiorum pudenda. Bagian depan frenolum terdapat
fossa nafikulare, sedangkan pada kiri kanan fossa nafikulare terdapat dua bua
lubang kecil tempat bermuaranya glandula bartholini. Bagian depan labia minora
menjadi satu membentuk preposium klitoris dan di bawah preposium klitoris
terdapat klitoris, kira – kira 1,5 cm di bawah klitoris terdapat orifisum
uretra eksterna (lubang kemih), di kiri dan kanan lubang kemih terdapat dua
lubang kecil dari saluran buntu (duktus skene).
2)
Mons
pubis Mons veneris
Mons
pubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simpisis pubis yang
dibentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simpisis yang
ditumbuhi rambut pada masa pubertas.
3)
Labia
mayora
Adalah
lipatan kuit yang menonjol secara longitudinal yang memanjang ke bawah dna ke
beklakang dari mons oubis dan membentuk batas lateral yang banyak mengandung
saraf. Masing – masing labium mempunyai dua permukaan yaitu bagian luar yang
mempunyai pigmen dan ditutupi oleh rambut keriting dna bagian dalam yang permukaannya
licin dan glandula yang membentuk kommisura labialis posterior.
4)
Labia
Minora
Labia
minora adalah lipatan kecil yang terdapat diantara labia mayora. Labia minora
memanjang dari klitoris secara obligue ke bawah dan samping belakang sepanjang
4 cm di sisis orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung pada
garis median oleh lipatan kullit disebut frenolum.
Masing
– masing libia minora terbagi menjadi :
·
Bagian atas : melalui klitoris bergabung
dengan yang lain membentuk lipatan yang menggantung pada glans klitoris.
·
Bagian bawah : melalui bawah klitoris
dan membentuk permukaan bawah yang saling berhubungan dinamakan frenolum
klitoris.
5)
Klitoris
Klitoris
adalah tonjolan kecil yang melingkar berisi jaringan erektil yang sensitif,
terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi di antara
ujung anterior labia minora, dan banyak mengandung saraf. Klitoris terdiri atas
:
· Korpus
karernosus : mengandung jaringan erektil yang ditutupi oleh lapisan padat.
· Membran
fibrosa : bergabung sepanjang permukaan medial oleh septum pektini formis.
6)
Vestibulum
vagina
Celah
yang terletak diantara labia minora dan di belakang glans klitoris. Didalamnya
terdapat orifisium uretra 2,5 cm yang terletak di belakang glans klitoris
diikuti dengan vagina yang merupakan muara duktus vestibularis mayor, liang
senggama, kelenjar bartholini dan kelenjar skene kiri dan kanan.
7)
Hymen
Himen
(selaput dara) adqlah lapisan tipis yang menutupi liang senggama. Pada bagian
liang senggama. Pada bagian tengahterdapat lubang tempat keluarnya menstruasi,
bentuknya bervariasi bila teregang akan terbentuk cincin. Pada waktu koitus
(coitus) pertama, himen robek di beberapa tempat dan pada sisa himen yang
ruptur ditemukan penonjolan kecil disebut karunkula mirtiformis (caruncula
mirtiformis). Diantara himen dan frenolum labia terdapat lekukan kecil yang
disebut fossa navikularis (fossa navicularis).
8)
Orifisium
vagina
Orifisium
vagina adalah celah yang terdapat dibawah belakan muara uretra, ukurannya
tergantung pada himen, dan lipatan pinggir dalamnya berkontak satu sama
lainnya, orifisium vagina muncul sebagai cela diantara orifisium vagina.
9)
Bulbus
vestibular
Terdiri
atas dua masa erektil dari masing – masing sisi orifisium vagina yang disebut
pars intermedia, masing – masing masa lateralis memiliki panjang 2,5 cm. Ujung
posterior di perpanjang dan berkontak dengan glandula vestibularis mayor, ujung
anterior bergabung satu dengan yang lain oleh pars intermedial dan permukaan
dalam lapisan superfisialis diafragma dan ditutupi muskulus bulbokavernosus
(muskulus bulnocavernosus).
10) Glandula vestibula mayor (kelenjar
bartholini)
Terdiri
dari dua bagian melingkar dengan warja merah kekuning – kuningan pada bagian
orfisium vagina ujung posterior dari bulus vestibule.
2.1.2.
ALAT KELAMIN DALAM
1)
Vagina
Vagina
merupakan penghubung antara genetalia ekternal dan interna. Bagian depan vagina
berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Sumbunya kira
–kira sejajar dengan arah pinggir bahwa simpisis ke promontorium. Arah ini
penting diketahui saat memasukkan jari ke dalam vagina untuk memeriksa
ginekologi. Pada puncak vagina, bagian yang menonjol dari leher rahim disebut
porsio (portio)
Beberapa
lapisan epitel vagina merupakan squamosa. Lapisan ini tidak mengandung
kelenjar, tetapi mengadakan transudisi(cairan keluar jaringan). Pada anak
kecil, epitel ini sangat tipis sehingga mudah terkena infeksi. Mukosa vagina
berlipat – lipat secara horizontal, lipatan ini dinamakan rugae yang terletak
di tengah bagian depan dan bagian belakang. Pada bagian bahwa epitel vagina
terdapat jaringat ikat dan otot yang tersusunnya seperti usus. Dinding belakang
vagina lebih panjang dan membentuk formiks posterior (fornix posterior) yang
berbagi lagi menjadi formiks lateralis sinistra dan formiks lateraris destra.
2)
Rahim
(Uterus)
Uterus
orang dewasa merupakam organ tebal seperti buah apukat atau buah peer yang
sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis antara rektum dan kandung kemih.
Ukuran uterus adalah panjang 7 – 7,5 cm, lebar 5 cm , dan tebal 2,5 cm. Uterus
pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dan posisi
anterversio fleksio, membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
arah depan membentuk sudut 120 – 130 derajat dengan serviks uteri.
Bagian
– bagian dari uterus adalah sebagi berikut.
a.
Fundus
uteri (dasar rahim)
Ditutupi oleh
peritoneum, berhubungan dengan fasies vesikularis dan permukaan internalis.
Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus diding uterus. Di bawah dan
depan titik pertemuan terdapat ligamentum dan di belakangnya terdapat ovarium.
b.
Korpus
uteri
Di dalamnya terdapat
rongga (cavum uteri) yang membuka keluarv melalui saluran kanalis servikalis
yang terletak pada serviks. Bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.
c.
Serviks
uteri
Merupakan bagian uterus
yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks yang menjurus ke bawah dan
kebelakang dengan sedikit lebar di pertengahanya. Sumbuh panjang serviks sama
dengan sumbuh panjang korpus yang berbentuk garis bengkok ke depan.
Serviks uteri dibagi atas dua bagian :
1) Porsio
supra vaginalis
Dipisahkan dari kandung
kemih oleh parametrium yang memanjang pada sisis lateral uterus di antara
ligamentum latum uretra dan uterus, berjalan ke bbawah dan ke depan di dalam
parametrium ssepanjang 2cm dari serviks, bagian posterior supra vaginalis
ditutupi oleh peritoneum.
2) Prsio
vaginalis
Terdapat di antara
forniks anterior dan forniks pasterior. Pada ujung porsio terdapat orifisium
eksternal uteri dimana serviks eksterna uteri dibatsi oleh suatu bibir (bibir
atas dab bibir bahwa), kedua bibir ini berkontak dengan dinding posterior
vagina.
Ø Bagian dalam uterus
Kavum
uteri : bangunan berupa segitiga dimana basis dibentuk oleh permukaan dalam
fundus diantara tuba uterina. Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang
kaya dengan kelenjar, bagian apeks dibentuk oleh orifisium interna uteri diman
kavum uteri bergabung dengan kanalis servisis (canalis cervicis) melalui
orifisium interna, terdiri dari :
1)
Endometrium
: terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak mengandung pembuluh
dara yang berlekuk – lekuk. Bagian korpus uteri endometrium licin dan bagian
serviks berkelok – kelok. Kelenjarnya bermuara pada kanalis servikalis.
Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium.
2)
Miometrium
: lapisan otot yang tersusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya pada
waktu persalinan. Bagaian ini akan mengecil kembali setelah plasenta keluar.
3)
Perimetrium (lapisan luar)
: dilapisi oleh peritoneum viseral, ditemukan pada dinding korpus uteri serosa
atau peritoneum. Uterus mendapat darah dari arteri uterina cabang dari arteri
iliaka interna yang menjadi arteri ovarika.
Ø Kanalis servisis uteri
Berhubungan
dehgan kavum uteri melalui orifisium uterina interna. Bagian bawahnya
behubungan dengan vagina melalui orofisium uteri eksternus. Pada dinding
kanalis servisis terdapat lupatan – lipatan longitudinal, masing – masing akan
menjadi plika yang disebut arbovital uterina. Lipatan kedua dinding ini
menutupi kanalis servisis dengan panjang dari kavum uteri ke orifisium
eksternus 6,25 cm. Fungsi uterus adalah menahan ovum yang telah dibuahi dan
bertahan dalam endometrium sampai saat melahirkan, uterus akan berkontraksi
mendorong janin keluar.
Ø Penyokong uterus
Penyokong
utama uterus adalah diafragma pelvis, muskulus levator ani, dan fasia lavator
ani. Uterus ditahan dalam posisi yang kuat dalam pelvis oleh vagina, ligamentum
kardinale, ligamentum latum, dan uterus saklaris. Jaringan lemak disekitar
ligamentum dan uterus merupakan elemen penting dalam menyokong uterus.
Ø Posisi uterus
1)
Pada
masa pubertas
Uterus berbentuk
firiformis dengan berat 14 – 17 gram dan berada dalam rongga pelvis. Pada waktu
kandung kemih kosong korpus uteri hampir horizontal. Fundus berada 2 cm di
belakang simpisis pubis. Pada keadaan menstruasi, uterus membesr karena lebih
banyak vaskularis (bentukan pembulu darah dan jaringan baru) dan permukaan
membulat. Orifisium eksternus berbentuk bulat, labia membengkak, endo metrium
menebal dan lebih lunak.
2)
Selama
kehamilan
Uterus membesar pada
bulan kedelapan mencapai regio epigastrika. Pertambahan ukuran disebabkan
pertumbuhan otot yang telah ada dan sebagian pertumbuhan otot baru.
3)
Sesudah
melahirkan
Uterus hampir kembali
pada ukuran semula, beratnya 42 gram karena uteri lebih besr, serta pembuluh
darah dan otot bertambah.
4)
Pada
umur tua
Uterus menjadi atropi
dan pucat sehingga lebih memisahkan uterus dan serviks.
Ø Pembuluh darah uterus
1.
Arteri
uterina : cabang dari hipogastrika, sebelum sampai ke
bagian supra vaginal bercabang dua yaitu cabang kecil arteri servika vaginalis
memberikan darah untuk serviks dan bagian atas vagina, sedangkan cabang utama
membelok ke atas sepanjang pinggir iterus menembus korpus uteri,
2.
Arteri
ovarika : cabang dari aorta masuk ke ligamentum latum
melalui ligamentun infundibulum pelvikum sampai hilus ovarium akan bercabang
kecil Lalu masuk uterus, sedangkan cabang utama melewati ligamentum dan
beranastomosis dengan arteri uterina.
3.
Vena
uterus : berlawanan dengan arteri, darah uterus (vena
arkuarta) akan bergabung membentuk vena uterina pada tiap – tiap sisi dan masuk
ke vena hipogastrika. Darah dari ovarium bagian atas ligamentum latum
dikumpulkan oleh pleksus pelvini formis di dalam ligamentum latum masuk ke vena
ovarika.
Ø Pembuluh saraf
Cabang dari pleksus
hipogastrikus dan pleksus ovarikus dari nervi servikal III – IV. Serebut aferens uterus masuk ke mendula
spinalis melalui nervi torakal XI – XII.
3)
Tuba
Falopii
Saluran
telur yang menyangkut ovum dari ovarium ke vakum uteri, panjang nya ± 11- 14
cm. Tuba falopiiterdiri atas 2 bagian mulai dari sisi pelvis ke sudut superior
lateral uterus. Masing – masing tergantung pada plika peritonial mesenterium
yang meliputi margo superior dan berdekatan dengan ligamentum latum.
Tuba falopii terdiri
atas :
1) Pars interstialis
: bagian tuba yang terdapat di dalam uterus,
2) Pars ismika / istmus
: bagian yang sempit pada sudut antara uterus dan tuba,
3) Pars ampularis /
ampula : bagian yang membentuk
saluran yang lebar meliputi ovarium,
4) Infumdibulum
: bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul/ rumbai yang disebut fimbriae,
melekat pada ovarium untuk menangkap telur yang dilepas oleh ovarium menuju
tuba.
Bagian luar tuba diliputi oleh
peritoneum veseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding
tuba terdiri atas muskulus longitudinal dan muskulus sirkuler. Pada bagian
dalam terdapat mukosa yang berlipat – lipat ke arah longitidinal terutama pada
bagian ampula. Pada lapisan mukosa terdapat serabut yang mengeluarkan sekresi
(getah) sehingga menimbulkan arus ke arah kavum uteri. Tuba falopii mengarah ke
lateral sejauh ekstremitas inferior, dari posterior dan fasises medialis dari
ovarium, serta berhubungan dengan fimbriae tuba uterina yaitu rongga yang bertangkai
yang disebut appendiks vesikulosa (appendix vesiculosa).
4)
Ovarium
Kelenjar
yang terletak di kanan kiri uterus terkait oleh ligamentum uterus. Ovarium
berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium yang terletak pada
lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium terletak pada intra
peritoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian
ovarium yang berada di dalam kavum peritoneal (cavum peritonei) dilapisi oleh
epitel kubik yang disebut juga epitelium germinativum. Pada bagian bahwa epitel
ini terdapat tunika albuginea dan di bawah tunika albiginea ditemukan lapisan
yang banyak terdapat folikel.
Setiap
bulan folikel ini berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel ini merupakan
bagian ovarium yang terpenting, dapat ditemukan di korteks ovarii (cortex
ovarii) dalam letak yang beraneka ragam dan dalam tingkat perkembangannya dari
satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de
graaf matang. Folikel yang matang terisi dengan liquor folikuli yang mengandung
estrogen dan siap berovulasi.
Ø Pembulu darah ovarium
Arteri
yang menyuplai ovarium dan tuba interna adalah arteri ovarika cabang dari aorta
abdominalis, masing – masing beranastomosis dengan arteri uterina dan memberi
beberapa cabang ke tuba uterina, cabang yang melalui mesovarium akan masuk ke
hilus ovarium. Vena muncul dari hilus dam membentuk plexus pompaniformis. Vena
ovarika yang dibentuk dari plexus ini meningkatkan pelvis.
Ø Saraf ovarium
Cabang
dari hipogastrikus atau pleksus pelvikus akan membentuk pleksus ovarikus tuba
interna (pluxus ovarius tuba interna) yang menerima cabang dari nerves
internus.
2.2. Jaringan Penunjang Alat Genitalia
Uterus
berada di rongga panggul dalam posisi anteversiofleksio sedemikian rupa
sehingga bagian depan setinggi simpisis pubis dan bagian belakang setinggi
artikulasiao sakrokoksigea. Jaringan ikat di parametrium dan ligamentum
membentuk suatu sistem penunjang uterus sehingga uterus terfiksasi relatif
cukup baik. Jaringan tersebut terdiri atas.
1) Ligamentum kardinal sinistrum dan
dekstrum
Merupkan ligamentum
yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini terdiri
atas jaringan ikat tebal berjalan dari serviks sampai puncak vagina ke arah
lateral dinding pelvis banyak pembuluh darah.
2) Ligamentum sakrouterium sinistrum
dan dekstrum
Ligamentum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari belakang serviks
kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sakrum kiri dan kanan.
3) Ligamentum rotundum sinistrum dan
dekstrum
Menahan uterus dalam
posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uterus kiri dan kanan ke
daerah inguinal kiri dan kanan.
4) Ligamentum pubovesikule sinistrum
dan dekstrum
Berjalan dari os pubis
melalui kandung kemih seterusnya ke ligamentum vesikouterium sinistra dan
dekstra ke serviks.
5) Ligamentum latum sinistrum dan
dekstrum
Berjalan dari uterus ke
lateral, tidak banyak mengandung jaringan ikat, merupakan bagian dari
peritoneum veseral yang meliputi uterus dan kedua tuba. Bentuknya seperti
lipatan. Bagian lateral dan belakang ditemukan indung telur.
6) Ligementum infundibulum pelvikum
Menahan tuba falopii
dan berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya ditemukan
urat saraf saluran limfe, arteri, dan vena ovarika alat penunjang.
7) Ligamentum ovarii proprium
sinistrum dan dekstrum
Berjalan dari sudut
kiri dan kanan belakang fundus uteri ke ovarium. Ligamentum ini mudah
dikendurkan sehingga alat genital mudah berganti posisi. Ligamentum latum
merupakan suatu lipatan peritoneum yang menutupi uterus dan kedua tuba
2.3. Peritoneum
Peritoneum
veseral menutupi sebagian besar alat genitalia interna, bagian yang tidak
ditutupi peritoneum dinamakan retroperitoneal. Di depan dan dibelakang uterus,
peritoneum veseral menutupi suatu cekungan dinamakan plika vesikouterina.
Indung telur sebagian besar terletak intraperitonial, hanya hilus ovarii
letaknya ektra peritonial antara kedua lipatan ligamentum latum.
2.4. Kelenjar Mamae
Pada wanita
kelenjar mame mulai berkembang pada permulaan pubertas (adolescence) pada umur
11 – 12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada bagian lateral linea
akksilaris anterior/ media sebelah kranial ruang interkostalis III dan sebelah
kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Terdapat di atas bagian luar fasia
torakalis di daerah jaringan lemak subkutis.
· Ke
arah lateral sampai ke linea aksilaris medial.
· Ke
arah medial melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi lain.
· Ke
arah bawah : mencapai daerah aksila (lipatan ketiak)
Kelenjar mamae menyebar di sekitar
areola mamae dan mempunyai lobus antara 15-20 lobus. Tiap lobus berbentuk
piramid dengan puncak mengarah ke areola mamae masing – masing lobus dibatasi
oleh septum yang terdiri atas jaringan fibrosa yang padat. Serat jaringan ikat
fibrosa terbentang dari kulit ke fasio pektoralis yang menyebar di antara
jaringan kelenjar.
Tiapa lobus kelenjar mamae mempunyai
saluran keluar yang disebut duktus laktiferus (duktus lactiferi) yang bermuara
ke papila mamae. Pada daerah areola mamae, duktus laktiferus melebar disebut
sinus laktiferus ( sinus lactiferi), di daerah terminalis lumen sinus ini
mengecil dan bercabang – cabang ke aveoli. Di antara jaringan kelenjar dan
jaringan fibrosa, ruangannya diisi oleh jaringan lemak yang membentuk postur
dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata. Kelenjar mamae dapat
dipisahkan dengan mudah dari fasia sehingga kedudukan mamae mudah bergeser.
Ø Pembuluh darah mamae
Berasal dari arteri
mammaria interna dan arteri torakalis lateralis (artery thoraca lateralis).
Vena superfisialis mamae mempunyai banyak anastomosis bermuara ke vena mammaria
interna dan vena torakalis interna (vena thoracica interna)/ epigastrika,
sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis (vena thoracica lateralis).
Ø Pembuluh limfe mamae
1. Aliran
limfe superfisialis 75% mengalir ke saluran torakalis lateralis berjalan
bersama arteri dan vena dipinggir lateral mukulus pektoralis mayor (musculus
pectoralis major) bermuara di nervus ke 11 aksilaris dan nerves
supraklavikularis (nervus supraclavicularis).
2. Aliran
limfe profunda mengalir ke dinding torak menembus muskulus pektoralis mayor
bermuara ke nervus ke 11 pektoralis sepanjang arteri dan vena mamaria interna.
3. Bagian
medial aliran limfe subkutan berhubungan antara kedua mamae dan bermuara ke
nervus 11 supraklavikularis.
Ø Pubertas dan manarke (manarche)
Pubertas
adalah dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan manarke (manarche) adalah
periode dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi
hormon gonadotropin oleh hipofisis yanh dimulai pada tahun ke 8 dari kehidupan
dan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11- 16 tahun
Pada
wanita kelenjar hipofisis dan ovarium akan mampu menjalankan fungsi penuh
apabila dirangsang secara tepat. Timbulnya pubertas dirangsang oleh beberapa
proses pemantangan dan berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus dan sistem
limbik, ditandai dengan hal – hal berikut ini.
1. Peningkatan
sekresi estrogen pada pubertas,
2. Variasi
siklus seksual bulanan,
3. Peningkatan
sekresi estrogen lebih lanjut selama beberapa tahun pertama dari kehidupan
seksual,
4. Terjadi
penurunan progresif dari sekresi estrogen menjelang akhir kehidupan seksual,
5. Hampir
tidak ada sekresi estrogen dan progesteron sesudah menopause.
2.5.
Fertilisasi
Kehamilan
terjadi didahului fertilisasi atau konsepsi yaitu penyatuan sebuah sel telur
dengan sebuah sperma yang berarti pula terjadi penyatuan materi genetik dari
ovum seorang wanita dengan materi genetik dari sperma seorang pria.
Fertilisasi
terjadi pada saat wanita dalam periode masa subur yaitu setelah terjadi ovulasi
dan oosit sekunder bergerak disepanjang tuba faloopi menuju uterus. Dari 200
hingga 400 juta sperma hasil ejakulasi di dalam vagina, sebagian yang
tertinggal di vagina akan terseleksi oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu
sperma yang dapat mencapai uterus. Dengan bantuan kontraksi otot uterus, sperma
akan menyebar diseluruh permukaan uterus. Sebagian dari sperma ini terseleksi
kembali oleh sel darah putih di dalam uterus sehingga akhirnya hanya tinggal
beberapa ribu bahkan hanya beberapa ratus yang berhasil mencapai tuba fallopi
untuk bertemu dengan ovum.
Sperma
harus menembus korona radiata dan zona pelusida yang menembus oosit sekunder.
Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu
yang saling mendukung sehingga sperma dapat menembus pembungkus oosit sekunder.
Pada sperma, bagian akrosom sperma mengeluarkan :
1.
Hialuroidase,
suatu enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korono radiata.
2. Akrosin, suatu enzim protease yang dpat menghancurkan
senyawa glukoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga
sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Sedangkan oosit sekunder mengeluarkan fertilizin, yang
tersusun dari senyawa glikopro. Fertilizin berfungsi :
1.
Mengaktifkan
sperma agar bergerak cepat.
2.
Menarik
sprema secara kemotaksis positif.
3.
Mengumpulakn
sperma disekeliling oosit sekunder.
Bila sebuah sperma telah menembus oosit
sekunder, sel-sel granulosit di bagian kortek oosit akan mengeluarkan senyawa
tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain.
Adanya penetrasi sperma juga akan merangsang penyelesaian meiosis 2 sehingga
dihasilkan sebuah ovum yang fungsional dan tiga buah polosit degeneratif.
Segera setelah sperma memasuki oosit
sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan membesar dan ekor sperma akan
mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti sperma yang mengandung
kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk zigot yang mengandung
kromosom diploid atau 46 buah kromosom.
Kurang lebih 24 jam setelah fertilisasi,
zigot mengalami proses pembelahan (cleavage) menjadi morula dan selanjutnya
menjadi blastula. Mula-mula zigot membelah menjadi beberapa buah sel dengan
ukuran sama berbentuk bulat menyerupai buah arbei yang disebut morula. Morula
terus membelah hingga membentuk rongga yang disebut blastocoel , pada fase ini
embrio disebut blastula. Blastula akan menempel dan terimplantasi pada
endometirum. Sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi embrio yang
terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ketiga
lapis jaringan tersebut akan mengalami organogenesis atau berkembang menjadi
berbagai macam organ.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1. Definisi
Kehamilan
adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan
psikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kehamilan dengan kasus khusus
misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi
turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan
kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga
mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007).
Kehamilan
adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di dalam tubuhnya.
Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar atau
triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah
"gravida" sedangkan manusia
di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal ) dan kemudian janin (sampai
kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya, sedangkan multigravida adalah seoprang wanita yang sudah pernah hamil
dua kali atau lebih (Bobak, 2005).
Kehamilan
adalah pertuumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300 hari dengan
perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia kehamilan), Triwulan
II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia kehamilan).
3.2. Tanda
dan gejala kehamilan
Tanda
dan gejala kehamilan utnuk dapat menegakkan kehamilan menurut Saifudin (2004)
dengan melakukan penilaian terhadap ;
1.
Tanda – tanda tidak pasti hamil meliputi
;
a)
Amenorhea (terlambat datang bulan)
konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadi folikel de graff dan ovulasi. Bila seorang wanita
dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin mengeluh terlambat haid, maka
pikirkan bahwa dia hamil, meskipun keadaan
stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula mengakibatkan terlambat haid.
b) Mual
Pengaruh estrogen dan
progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan menyebabkan mual
dan muntah. Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak
sampai muntah yang berkepanjangan. Dalam kedokteran sering dikenal morning
sickness karena munculnya seringkali pagi hari. Mual dan muntah diperberat
oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak
stabil. Untuk mengatasinya penderita perlu di beri makan-makanan yang ringan,
mudah di cerna dan jangan lupa menerangkan bahwa
Keadaaan
ini dalam batas normal orang hamil. Bila berlebihan dapat pula diberikan
obat-obat anti muntah.
a. Ngidam : keinginan untuk makan tertentu
b. Pingsan : terjadinya gangguan sirkulasi ke
daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
pingsan.
c. Mastodinia : rasa kencang dan sakit pada payudara
disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah, asinus dan duktus
beproliferasi karena pengaruh estrogen dan progesterone dan somatomamotropin.
d. Konstipasi : pengaurh progesterone dapat
menghambat peristaltic usus dan menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
e. Hiperpigmentasi
kulit
a) Sekitar
pipi : Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisi anterior menyebabkan
pigmnetasi kulit. Setelah kehamilan 16 minggu kulit didaerah muka menjadi gelap
dan menjadi semakin gelap bila terkena sinar matahari.
b) Dinding
perut : Striae lividae, striae nigrra, linea alba atau nigra. Hal ini disebakan
oleh separasi jaringan kolagen yang terlihat sebagai jaringan parut irregular
yang diperkirakan akibat pengaruh hormone adrenocorticosteroid.
c) Sekitar
payudara : hiperpigmentasi areola mamae , putting susu makin menonjol ,
kelenjar montgomet menonjol, pembuluh manifest sekitar putting. Warna putting
susu dan linea alba menjadi gelap akibat adnaya rangsangan oleh menanophore
akibat peningkatan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).
·
Varises : karena pengaruh dari estrogen
dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena.
f. Perubahan
berat badan : pada
kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan, karena nafsu makan
menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu
meningkat sampai stabil menjelang aterm.
2. Tanda
– tanda mungkin hamil
a) Tanda
Hegar : Segmen
bawah uterus lembek pada perabaan.
b) Tanda
Chadwicks : Vagina
berwarna kebiru-biruan, terjadi kira-kira minggu keenam.
c) Tanda
Piscasek : Terjadinya
pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implatasi plasenta.
d) Kontraksi
Braxton His : Uterus
berkontraksi bila dirangsang, tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan.
e) Tanda
Goodell’s : Diketahui
melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih lunak. Penggunaan
kontrasepsi oral juga dapat memberikan dampak ini.
f) Tanda
Mc Donald : Fundus
uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung
pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus.
g) Terjadi
pembesaran abdomen : Pembesaran
perut menjadi nyata setelah minggu ke 16, karena pada saat itu uterus telah keluar
dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut.
h) Kontraksi
uterus : Tanda
ini muncul belakangan dan pasien
mengeluh perutnya kencang, tetapi
tidak disertai rasa sakit.
i)
Pemeriksaan tes biologis kehamilan : Pada pemeriksaan ini hasilnya positif,
dimana kemungkinan positif palsu.
3. Tanda
pasti hamil
a) Denyut
Jantung Janin (DJJ)
Dapat
didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17 - 18. Pada orang gemuk
lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ dapat didengarkan
lebih awal lagi sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga
mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising
uterus dan nadi ibu.
b) Palpasi
Yang
harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas setelah
minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu ke 24
(Kusmiyati.dkk, 2008, pp.93-97).
3.3. Deteksi
kehamilan dengan kadar Hcg
Diagnose kehamilan :
a) Terdapat
rekasi silang antara LH dengan β-subunit hCG pada tes kehamilan.
b) hCG
dihasilkan oleh sinstiotrofoblas sejak hari ke-8 pasca fertilisasi dan
terdeteksi pada hari ke-9.
c) Puncak
kadar hCG urine adalah pada sekitar hari ke-90
Waktu paruh hCG 1,5
hari.
d) Kadar
hCG srum dan urine pada situasi normal kembali ke nilai sebelum kehmilan.
Home
pregnancy test merupakan tes imunologi sehingga juga
memiliki masalah dalam interpretasi. hCG yang di deteksi melalui urine pertama
pada pagi hari. Tes positif ditunjukkan melalui adanya perubahan warna. Bila
tes menunjukkan hasil negative , diulang 2 minggu kemudian atau dilakukan
pemeriksaan radioimmunoassay.
Pemeriksaan radioimmunoassay hCG
merupakan tes spesifik dan sensitive. Tidak terdapat reaksi silang dengan LH
dan secara laboratoris, tes ini dapat mendeteksi kadar serum antara 2 mIU/ml.
3.4. Perubahan
psikologis pada wania hamil
Perubahan psikologis
pada wanita hamil menurut trimester kehamilan adalah :
a.
Trimester I
1) Rasa
Cemas Bercampur Bahagia
Perubahan psikologis yang paling
menonjol pada usia kehamilan trimester pertama ialah timbulnya rasa cemas dan
ragu sekaligus disertai rasa bahagia. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat
berkaitan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi dan
kandungannya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah sempurna
sebagai wanita yang dapat hamil.
2)
Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan
emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya penurunan kemauan berhubungan
seksual, rasa letih dan mual, perubahan suasana hati, cemas, depresi,
kekhawatiran ibu tentang kesejahteraannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk
penampilan diri yang kurang menarik dan sebagainya.
3)
Sikap Ambivalen
Sikap
ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu atau kondisi.7 Meskipun
sikap ambivalen sebagai respon individu yang normal, tetapi ketika memasuki
fase pasca melahirkan bisa membuat masalah baru. Penyebab ambivalensi pada
ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil yang buruk, ibu
karier, tanggung jawab baru, rasa cemas atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan
dan sikap penerimaan keluarga terdekatnya.
4) Ketidakyakinan
atau Ketidakpastian
Awal
minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada kehamilannya. Dan
hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah emosi dan kepribadian.
Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil terus berusaha untuk mencari
kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus membutuhkan perhatian dan
perawatan khusus buat bayinya.
5)
Perubahan Seksual
Selama
trimester pertama keinginan seksual wanita menurun. Hal-hal yang menyebabkannya
berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong kedua pasangan
menghindari aktivitas seksual.
6)
Fokus pada Diri Sendiri
Pada
bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus kepada
kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun demikian bukan berarti
ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Ibu lebih merasa bahwa janin yang
dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
7)
Stres
Kemungkinan
stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama bisa berdampak negatif
dan positif, dimana kedua stres ini dapat mempengaruhi perilaku ibu. Terkadang
stres tersebut bersifat instrinsik dan ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul
karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan, kesendirian dan masa
reproduksi.
8)
Goncangan Psikologis
Terjadinya
goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama dan
lebih tertuju pada kehamilan pertama.
b.
Trimester II
Selama fase trimester kedua kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih
tenang, namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh,
kehidupan seks, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya,
serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat dan meniru
peran ibu serta meningkatnya ketergantungan ibu pada pasangannya. Beberapa
bentuk perubahan psikologis pada trimester kedua, yaitu :
1)
Rasa Khawatir / Cemas
Kekhawatiran
yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu-waktu. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap datangnya tanda-tanda persalinan.
Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi yang dilahirkannya tidak
normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat kebanyakan ibu berusaha mereduksi
dengan cara melindungi bayinya dengan memakan vitamin, rajin kontrol dan
konsultasi, menghindari orang atau benda-benda yang dianggap membahayakan
bayinya.
2) Perubahan
Emosional
Perubahan
emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode bulan kelima
kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai memperhatikan
bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau cacat. Rasa
kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilannya.
3) Keinginan
untuk Berhubungan Seksual
Pada
trimester kedua terjadi peningkatan energi libido sehingga pada
kebanyakan ibu menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janinnya. Bentuk kekhawatiran yang
sering terjadi adalah apakah ada kemungkinan janinnya cedera akibat penis, orgasme
ibu, atau ejakulasi. Meskipun demikian, yang perlu diketahui
hubungan seks pada masa hamil tidak berpengaruh karena janin dilindungi cairan amnion
di dalam uterus.
c. Trimester
III
1) Rasa
Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitan dengan adanya perasaan sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, bidan.
2) Perubahan
Emosional
Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan
perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak terkontrol.
Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas, takut,
bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk lagi
saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat
ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran
bayinya.
3.5. Perubahan
Fisiologis Pada Wanita Hamil
Pada
masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir semua sistem organ pada
maternal. Perubahan ini diawali dengan adanya sekresi hormon dari korpus luteum
dan plasenta. Efek mekanis pada pembesaran uterus dan kompresi dari struktur
sekitar uterus memegang peranan penting pada trimester kedua dan ketiga.
Perubahan fisiologis seperti ini memiliki implikasi yang relevan bagi dokter
anestesi untuk memberikan perawatan bagi pasien hamil. Perubahan yang relevan
meliputi perubahan fungsi hematologi, kardiovaskular, ventilasi, metabolik, dan
gastrointestinal (Santos,et.al., 2006).
Dengan
terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam
rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin,
estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:
· Rahim
atau uterus
Selama
kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi
(janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada
perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau
kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan
volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih
dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
· Vagina
(liang senggama)
Selama kehamilan
peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot
di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
· Ovarium
Proses ovulasi
selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya
satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo,
2008).
· Payudara
Payudara
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada
saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone
saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin
(Prawirohardjo, 2008).
Akibat pengaruh estrogen terjadi
hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik
plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan
sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan
tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montgomery,
terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu
membesar dan menonjol (beberapa kepustakaan tidak memasukkan payudara dalam
sistem reproduksi wanita yang dipelajari dalam ginekologi.
Masing-masing payudara terbentuk dari
15-20 lobulus glandular yang terpisah dengan fat. Payudara membesar saat
kehamilan akibat proliferasi kelenjar dan duktus dibawah pengaruh estrogen dan
progesteron. Sekresi kolustrum terjadi pada trimester pertama dan berlanjut
sampai aterm.
Payudara menjadi besar ukurannya bisa
mencapai 800 gr, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun
ASI belum keluar ) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada
hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI
berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu
membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk
bayi.
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi yaitu :
·
Produksi susu
·
Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan,
jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan
bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan
mengeluarkan prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai biasa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan
rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika
bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk
untuk menyekresikan hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang
terdapat pada puting.
Selain perubahan – perubahan pada
beberapa bagian tubuh, juga terjadi perubahan – perubahan pada system tubuh
yaitu antara lain :
1) Sirkulasi
darah ibu (Sistem kardiovaskular)
Peredaran darah ibu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya
kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi
hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi.
c. Pengaruh
hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa
perubahan peredaran darah, yaitu:
1) Volume
darah
Volume darah semakin meningkat di mana
jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32 minggu.
Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap
penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu
memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat
jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi
dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel
darah
Sel darah merah makin meningkat
jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka
laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.
3) Sistem
respirasi
Adaptasi respirasi selama kehamilan
dirancang untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta memfasilitasi
perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu (Norwitz,et.al., 2008).
Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit
meningkat secara progresif selam masa kehamilan. Volume tidal dan dalam angka
yang lebih kecil, laju pernafasan meningkat. Pada aterm konsumsi oksigen akan
meningkat sekitar 20-50% dan ventilasi semenit meningkat hingga 50%. PaCO2
menurun sekitar 28-32mm Hg. Alkalosis respiratorik dihindari melalui mekanisme
kompensasi yaitu penurunan konsentrasi plasma bikarbonat. Hiperventilasi juga
dapat meningkatkan PaO2 secara perlahan. Peningkatan dari 2,3-difosfogliserat
mengurangi efek hiperventilasi dalam afinitas hemoglobin dengan oksigen.
Tekanan parsial oksigen dimana hemoglobin mencapai setengah saturasi ketika
berikatan dengan oksigen meningkat dari 27 ke 30 mm Hg. hubungan antara masa
akhir kehamilan dengan peningkatan curah jantung memicu perfusi jaringan
(Morgan, 2006).
Posisi dari diafragma terdorong ke atas
akibat dari pembesaran uterus dan umumnya diikuti pembesaran dari diameter
anteroposterior dan transversal dari cavum thorax. Mulai bulan ke lima, expiratory
reserve volume, residuak volume,dan functional residual capacity menurun,
mendekati akhir masa kehamilan menurun sebanyak 20 % dibandingkan pada wanita
yang tidak hamil. Secara umum, ditemukan peningkatan dari inspiratory
reserve volume sehingga kapasitas paru total tidak mengalami perubahan.
Pada sebagian ibu hamil, penurunan functional residual capacity tidak
menyebabkan masalah, tetapi bagi mereka yang mengalami perubahan pada closing
volume lebih awal sebagai akibat dari merokok, obesitas, atau skoliosis
dapat mengalami hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut yang
menyebabkan hipoksemia. Manuver tredelenburg dan posisi supin juga dapat
mengurangi hubungan abnormal antara closing volume dan functional
residual capacity. Volume residual dan functional residual capacity kembali
normal setelah proses persalinan (Santos,et.al., 2006).
4) Sistem
pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena
pengaruh estrogen. Fungsi
gastrointestinal dalam masa kehamilan dan selama persalinan menjadi topik yang
kontroversial. Namun, dapat dipastikan bahwa traktus gastrointestinal mengalami
perubahan anatomis dan fisiologis yang meningkatkan resiko terjadinya aspirasi
yang berhubungan dengan anestesi general (Birnbach, et.al., 2009).
Refluks gastroesofagus dan esofagitis
adalah umum selama masa kehamilan. Disposisi dari abdomen ke arah atas dan
anterior memicu ketidakmampuan dari sfingter gastroesofagus. Peningkatan kadar
progestron menurunkan tonus dari sfingter gastroesofagus, dimana sekresi
gastrin dari plasenta menyebabkan hipersekresi asam lambung. Faktor tersebut
menempatkan wanita yang akan melahirkan pada resiko tinggi terjadinya
regurgitasi dan aspirasi pulmonal. Tekanan intragaster tetap tidak mengalami
perubahan. Banyak pendapat yang menyatakan mengenai pengosongan lambung.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pengosongan lambung normal bertahan sampai
masa persalinan. Di samping itu,hampir semua ibu hamil memiliki pH lambung di
bawah 2.5 dan lebih dari 60% dari mereka memiliki volume lambung lebih dari
25mL. kedua faktor tersbut telah dihubungkan memiliki resiko terhadap
terjadinya aspirasi pneumonitis berat. Opioid dan antikolinergik menurunkan
tekanan sfingter esofagus bawah, dapat memfasilitasi terjadinya refluks
gastroesofagus dan penundaan pengosongan lambung. Efek fisiologis ini bersamaan
dengan ingesti makanan terakhir sebelum proses persalinan dan penundaan
pengosongan lambung mengakibatkan nyeri persalinan dan merupakan faktor
predisposisi pada ibu hamil akan terjadinya muntah dan mual (Morgan, 2006).
5)
Sistem Ginjal
dan Perkemihan
·
Renal
Vasodilatasi renal mengakibatkan
peningkatan aliran darah renal pada awal masa kehamilan tetapi autoregulasi
tetap terjaga. Ginjal umumnya membesar. Peningkatan dari renin dan aldosterone
mengakibatkan terjadinya retensi sodium. Aliran plasma renal dan laju filtrasi glomerulus
meningkat sebanyak 50% selama trimester pertama dan laju filtrasi glomerulus
menurun menuju ke batas normal pada trimester ketiga. Serum kreatinin dan Blood
Urea Nitrogen (BUN) mungkin menurun menjadi 0.5-0.6 mg/dL dan 8-9mg/dL.
Penurunan threshold dari tubulus renal untuk glukosa dan asam amino umum
dan sering mengakibatkan glukosuria ringan(1-10g/dL) atau proteinuria (<300
mg/dL). Osmolalitas plasma menurun sekitar 8-10 mOsm/kg (Morgan, 2006).
·
Traktur
Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan
kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan
bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin
sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6)
Sistem endokrin
Perubahan Hormonal Selama Kehamilan
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi perubahan
konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal kehamilan,
terjadi peningkatan hormon hCG dari selsel trofoblas. Juga terdapat perubahan
dari korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum yang memproduksi estrogen
dan progesteron.
Pada pertengahan trimester satu,
produksi hCG menurun, fungsi korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan
estrogen dan progesteron pun digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan
tiga, produksi estrogen dan progesteron terus megalami peningkatan hingga
mencapai puncaknya pada akhir trimester tiga. Kadar puncak progesteron dapat
mencapai 400 mg/hari
dan estrogen 20mg/hari.
Estrogen dan progesteron memiliki peran
penting yang mempengaruhi sistem organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi
estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal. Maka dari
itu, ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam patogenesis penyakit
periodontal. Peningkatan hormon seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi
gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal, dan sistem imun lokal
selama kehamilan.
Selama kehamilan normal kelenjar
hipofisis akan membesar 135%, akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai
arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat beralan dengan lancar. Hipofisis meningkatkan produksi
kortikotropin, tirotropin, dan prolaktin. Sebaliknya, FSH dan LH hampir ditekan
akibatnya efek penghambat estrogen dan progesterone dari plasenta.
Pada kehamilan, ADH disekresi lebih
banyak karena disebabkan oleh peningkatan sirkulasi darah di ginjal sehingga
filtrasi glomerulus juga meningakt sampai 69%. Reabsorbsi di tubulus tidak
berubah, sehingga lenbih banyak dikeluarkan urea, glukosa, asam amino, asam
folat dalam kehamilan sehingga terjadi poliuria.
Hormon yang disekresi oleh plasenta yang
mempengaruhi anatomi fisiologi ibu hamil adalah :
· HCG
Bersamaan
dnegan pekembangan sel trofoblast dari sebuah ovum yang baru dibuahi. Hormon
HCG disekresi oeh sinsitiotrofoblast kedalam cairan ibu, Sekresi hormone ino
dapat diukur pertama kali dalam darah 8 – 9 hari setelah obvulasi. Segera
setelah blaskostika berimplantasi dalam endometrium. Kemudian ekcepatan sekresi
akan meningkat sampai maksimal minggu ke-8 setelah ovulasi, dan menurun sampai
kadar yang lebih rendah menjelang 16 – 20 minggu setelah ovulasi. Sekresi terus
berlanjut pada kadar terendah ini selama sisa kehamilan.
HCG
menyebabkan sekresi hormone seks, progesterone, dan estrogen dalam jumlah besar
oleh corpus luteum untuk eberapa bulan kedapan. Sekresi hormone ini (progesterone
dan estrogen) akan mencegah
menstruasi dan menyebabkan endometrium terus berkembang dan menyimpan sejumlah
besar nutrisi daripada luruh
saat menstruasi. Akibatnya sel – sel yang menyerupai desidua yang berkembang
dalam endometrium selama siklus seksual wanita normal menjadi sel – sel desidua yang sangat membengkak dan
banyak mengandung nutrisi.
Funsgi dari hormone HCG
:
1.
untuk mempertahankan korpus luteum dan
mencegah menstruasi.
2.
mempengaruhi korpus luteum menjadi
korpus gravidarum.
3.
mempengaruhi testis janin dengan
merangsang
sel –sel intertisial levding utnuk menghasilkan testosterone dalam jumlah sedikit mengakibatkan organ kelamin pria
lah yang terbentuk.
Namun, kadar HCG yang
tinggi dalam darah akan menyebabkan mual – muntah (morning sickness).
§ Estrogen dan progesterone
Disekresi
oleh sel – sel sinsial trofoblas. Sebagian besar estrogen yang disekresi adalah
estriol yaitu estrogen yang lemah dan dibentuk dalam jumlah kecil pada wanita tidak hamil.
Estrogen
di plansenta tidak disintesis secara de novo dari zat – zat dasar plasenta,
namun dari senyawa steroid androgen, dehidoepiandrogen dan
16-hidroksidehidroepiandrosteron, yang dibentuk pada kelenjar adrenal ibu dan
fetus, androgen yang lemah ini kemudian di bawah ke
plasenta dan diubah oleh sel – sel trofoblas menjadi estradiol , estron dan,
estriol.
Kadar
estrogen yang tinggi selama kehamilan menyebabkan pembesaran uterus, pembesaran
payudara dan pertumbus duktus payudara, serta pembesaran genitalia eksterna
wanita. Estrogen juga merelaksasi berbagai ligamentum pelvis, sheingga
persendian mempermudah jalannya fetus melalui jalur lahir.
Progesterone
selama kehamilan
dapat menyebabkan penebalan endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi
dapat berimplantasi dan menyebakan relaksasi. Hormon ini juga mengakibatkan
otot – otot polos yang berakibat
pada ; meningkatkan waktu pengosongan lambung dan peristaltic usus,
meningkatkan gastric efek Karena relaksasi kardiak sfingter sehingga
menyebabkan rasa panas dalam perut, penurunan motilitas gastrointestinal
sehingga menyebabkan konstipasi, pembuluh darah arteri dan vena relaksasi dan
dikatasi sehingga meningkatkan kapasitas vena dan venule yang menyebabkan
wasir, menjada peningkatan suhu basal ibu, merangkan oerkembangan system
alveolar payudara, dengan hormone relaksasi melembutkan / mengendurkan jaringan
ikat, ligament, otot sehingga dapat mengurangi sakit punggung dan nyeri
ligament.
§ Korionik
somatomammotropin
Merupakan
hormone plasenta yang baru ditemukan. Hormone ini merupakan hormone protein
dengan berta molekul 38000 yang mulai disekresi oleh plasenta kira – kira
minggu ke – 5 kehamilan. Hormone ini memiliki fungsi utnuk metabolism protein,
bersifat laktogenik, dan luteotropik, yang menimbulkan pertumbuhan janin , dan
mengatur metabolism karbohidart dan lemak.
§ HPL
/ Human Placenta Lactogen
Adalah
hormone yang dihasilkan oleh plasenta yang merupakan hormone protein yang
merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolism karbohidrat
dan lemak. Hormone ini berperan perning dalam produksi ASI. Kadar HPL yang
rendah mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi dengan baik.
§ Relaksin
hormone
Dihasilkan
oleh corpus luteum, ovarium, dan juga oleh jaringan plasenta. Sekresi relaksin ini ditingkatkan oleh efek rangsangan
dari HCG padsa saat yang sama dengan sekresinya sejumlah besar estrogen dan
progesterone. Relaksasin ini berfungsi melunakkan servik wanita hamil pada saat
persalaninan dan
merileksasikan
otot- otot polos.
7) Sistem
Integumen
Pada
kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini
dikenal dengan nama striae gravidarum.
8) Metabolisme
Dengan
terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI.
Diperkirakan
selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan
berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,
volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi
hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia
postprandial dan hiperinsulinemia.
Zinc
(Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa
peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat. (Prawirohardjo, 2008).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah hal
yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis
yang mengubah hidup seorang wanita.
Bagi
seorang wanita kehamilan ini adalah suatu anugrah yang di berikan oleh yang maha
kuasa.
DAFTAR PUSTAKA